KATA PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah yang telah melimpahkan segala karunianya yang tidak
terhingga, khususnya ni’mat Iman dan Islam, yang dengan keduanya diperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sholawat dan
Salam semoga selalu tercurah atas Baginda Nabi Muhammad SAW, dan atas keluarga
dan sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka itu
hingga akhir zaman.
Dengan
mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT makalah ini telah dapat kami
selesaikan, dengan tema yang telah ditentukan. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Bahasa
Arab, atas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu
Terima kasih
pula kami ucapkan kepada rekan-rekan khususnya dari kelompok 9, atas segala
bantuannya.
Akhirnya, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, dan penuh dengan kekurangan,
mudah-mudahan bisa lebih disempurnakan lagi di masa-masa mendatang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran, sumber
utama kehidupan kita; Bahasa Nabi Muhammad, sumber teladan kita; serta Bahasa
Islam, agama kita. Bahasa Arab merupakan pintu segala ilmu keislaman, tidak
akan bisa seseorang menyelam ke dalam samudera ilmu keislaman tanpa melewati
pintunya, yaitu ilmu tata Bahasa Arab. Oleh karena itu, hampir tidak mungkin,
bisa sempurna keagamaan kita tanpa memahami Bahasa Arab. Bahasa yang kita pakai
ketika beribadah kepadaNya, ketika bermunajat dihadapanNya, ketika khusyu’ ruku’
sujud keharibaanNya.
Sangat disayangkan sekali, ketika seorang
muslim tidak memahami bahasa yang sangat penting di dalam kehidupannya, karena
bagaimana pun bahasa arab adalah bahasa yang pasti ia pergunakan mulai ia lahir
sampai akhir umurnya.
Diantara cabang Bahasa Arab yang utama adalah
ilmu Nahwu dan Sharaf, tanpa memahami kedua ilmu ini, mustahil sesorang dapat
menguasai Bahasa Arab, karena diibaratkan bahwasanya kedua ilmu ini laksana ibu
dan bapak, yang tanpanya tidak akan lahir pemahaman bahasa Arab.
Di dalam pembahasan ilmu Sharaf ada yang
dinamakan Isim Jamid dan Isim Musytaq, kedua jenis isim inilah yang akan kami
bahas di dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan pengertian Isim Jamid dan pembagian-pembagiannya?
2.
Jelaskan pengertian Isim Musytaq dan pembagian-pembagiannya?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui pengertian Isim Jamid dan pembagian-pembagiannya
2.
Mengetahui pengertian Isim Musytaq dan pembagian-pembagiannya
BAB II
PEMBAHASAN
الاسم بالنظر
الى تركيبه
( Pembagian Isim dilihat dari segi bentuk
kalimatnya )
A. Isim Jamid ( اسم
الجامد )
1. Pengertian Isim Jamid
Isim Jamid yaitu
kalimat Isim, yang bentuk kalimatnya tidak diambil dari kalimat yang lain.
Contoh :
رجل (seorang laki-laki) kalimat
tersebut bentuknya tidak diambil dari kalimat lain, maka ia termasuk Isim
Jamid.
علم (ilmu,
pengetahuan) kalimat tersebut bentuknya tidak diambil dari kalimat lain, maka
ia termasuk Isim Jamid.
Berbeda dengan محمّد (orang
yang terpuji) maka kalimat ini bukan Isim Jamid, karena bentuk kalimatnya
diambil dari حمَّد )menurut ulama kufah) atau
dari تحميد (menurut
ulama basrah), juga الغفار (yang
maha pengampun) bukan termasuk Isim Jamid karena kalimat ini adalah bentuk mubalaghah
yang diambil dari غفر atau مغفرة\.غفران
2. Pembagian Isim Jamid
Isim Jamid terbagi kepada dua : اسم الذات (isim
zat) dan اسم المعنى (isim
ma’na)
a. Isim Jamid Zat (اسم الذات ) atau Isim Jenis ( اسم الجنس )
Isim
Jamid Zat yaitu isim yang tidak diambil dari bentuk lafaznya itu akan kalimat
fi’il (kata kerja) dengan ma’nanya.
Contoh:
رجل (seorang
laki-laki), غصن
(sebuah pohon),نهر (sungai), maka ketiga kalimat ini
adalah isim Jamid Zat karena tidak bisa dijadikan kalimat fi’il (kata kerja).
Berbeda dengan حمدًا (pujian) maka ia bukan Isim Jamid Zat karena bisa
dijadikan kalimat fi’il misalnya : حمدتُ (aku
memuji) يحمد (ia sedang memuji)احمدْ (puji
olehmu!).
b. Isim Jamid Ma’na ( اسم المعنى ) atau Masdar (
المصدر )
Isim Jamid Ma’na (Masdar) yaitu kalimat yang menunjukkan atas suatu ma’na
yang tidak berkaitan dengan waktu, dan bisa dijadikan kalimat fi’il (kata
kerja).
Contoh:
جلوس (duduk)
adalah Isim Jamid Ma’na karena bisa dijadikan kalimat fi’il yaitu جلستُ (telah duduk aku), نجلس (sedang duduk aku), اجلس (duduklah!)
اتحاد (persatuan)
adalah Isim Jamid Ma’na karena bisa dijadikan kalimat fi’il yaitu اتحدنا (kami
telah bersatu), نتحد (kami akan bersatu), اتحدوا (bersatulah kalian!)
Isim Jamid Ma’na diambil
dari bentuk masdar dari seluruh wazan atau timbangan, baik tsulatsi (huruf
asalnya 3) atau ruba’i (huruf asalnya 4), baik qiyasi (sesuai
kaedah) atau sama’i (dari lisan orang arab), juga dari semua jenis
masdar, seperti : masdar mimi (diawali mim), masdar sina’i (diakhiri
ya nisbah), masdar marroh (menunjukkan kuantitas perbuatan), dan
lain-lainnya.
B. Isim Musytaq ( اسم
المشتق )
1. Pengertian Isim Musytaq
Isim Musytaq
yaitu kalimat isim yang bentuk kalimatnya diambil dari kalimat lain, dan
menunjukkan atas sesuatu yang disifati dengan sifat tertentu. Contoh:
كاتب (yang
menulis) maka kalimat ini adalah isim musytaq karena ia diambil dari kalimat كتابة
, dan disifati dengan “menulis”.
الرحمن (yang
maha pengasih) maka kalimat ini adalah isim musytaq karena ia diambil dari
kalimat رحمة , dan
disifati dengan “pengasih”.
مريض (yang
sakit) maka kalimat ini adalah isim musytaq karena ia diambil dari kalimat مرضا , dan
disifati dengan sifat “sakit”.
2. Pembagian Isim Musytaq
Isim Musytaq
itu terbagi kepada tujuh, yaitu : isim fa’il dan sighat mubalaghah ( اسم الفاعل والمبالغة ), isim maf’ul ( اسم المفعول ), sifat musyabbahah صفةالمشبهة ) ), isim tafdhil ( اسم التفضيل ), isim zaman ( اسم الزمان ), isim
makan ( اسم المكان ), dan isim alat ( اسم الآلة ).
a. Isim Fa’il dan
Sighat Mubalaghah ( اسم الفاعل والمبالغة )
Isim fa’il
yaitu isim musytaq untuk menunjukkan atas orang yang terbit dari padanya suatu
perbuatan.
Contoh:
1)
نام الرجل ، فهو نائم (Telah
tidur seorang laki-laki, maka ia adalah orang yang tidur) kalimat
نائم bentuknya adalah isim fa’il.
2)
كتب محمد ، فهو كاتب (telah
menulis Muhammad, maka ia adalah orang yang menulis) kalimat كاتب bentuknya
adalah isim fa’il.
Shighat mubalaghah ialah isim yang bermakna isim fa’il tetapi memiliki
bentuk tertentu dengan maksud mubalaghah (bersangatan), artinya ma’nanya lebih
dari isim fa’il biasa. Seperti عالم (orang
yang mengetahui) kalau diubah bentuknya menjadi mubalaghah عليم (maha mengetahui).
b. Isim Maf’ul
Isim maf’ul yaitu isim yang diambil dari fi’il majhul untuk menunjukkan
kepada sesuatu yang menimpa kepadanya perbuatan.
Contoh:
سُمع الأذان، فالأذان مسموع {{Azan terdengar
Maka kalimat "مسموع"
diambil dari kalimat fi’il madhi majhul"سمع".
c. Sifat
Musyabbahah Dengan Isim Fa’il
Sifat
musyabbahah dengan isim fa’il suatu isim musytak yanghanya terbentuk dari fi’il
tsulasi lazim. Ia adalah suatu sifat yag menunjukkan kepada orang yang meresap
kokoh di dirinya perbuatan.
Contoh:
هذا الصائم عطشان { {Ini orang yang berpuasa
selalu haus
Maka kalimat "عطشان"
menunjukkan sifat yang tetap pada"الصائم"
d. Isim Tafdhil
Isim tafdhil
sebagian dari isim mustaq berwazan afala yang menunjukkan dua sesuatu yang
berserikat pada suatu sifat, namun salah satunya lebih dominan pada itu sifat.
Contoh:
الشمس أكبر من
الأرض
e.
Isim Zaman Dan
Makan.
Isim zaman
sebagian dari isim mustaq yang berfungsi menunjukkan waktu terjadinya
perbuatan.
Contoh:
مَوعِد الامتحان أول يونيو ..
Isim makan termasuk dari isim mustaq yang
berfungsi yang menunjukkan tempat kejadian perbuatan.
Contoh:
مَلعَب الكرة
فسيح .
f. Isim Alat
Isim alat termasuk dari isim mustaq yang
berfungsi untuk menunjukkan alat/perkakas yang dengannya terjadi perbuatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isim dilihat
dari segi bentuknya terbagi kepada dua, yaitu isim jamid dan isim musytaq. Isim
jamid ialah isim yang terbentuk bukan berasal dari kalimat lain. Sedangkan isim
musytaq ialah isim yang terbentuk dan berasal dari kalimat lain, bahkan
menunjukkan sesuatu yang disifatkan dengan sifat.
Isim jamid ada dua macam:
1)
Isim zat atau
isim jenis
2)
Isim ma’na atau
masdar
Isim musytaq ada tujuh macam:
1) Isim fa’il dan
sighat mubalaghah
2) Isim maf’ul
3) Sifat musybbahah dengan isim fa’il
4) Isim tafdhil
5) Isim zaman
6) Isim makan
7) Isim alat
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, tentunya masih banyak kesalahan karena
minimnya pengetahuan kami. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna
memperbaiki makalah kami selanjutnya. Akhirnya, kurang dan lebih kami minta
maaf. Semoga bermanfaat dan dapat menambah khasanah keilmuan bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment